Categories
Uncategorized

Analisis Sifat Mekanis Magnesium Melalui Uji Tarik

Abstract

Bone implant plates are only used temporarily during the healing process of a fractured bone. Once the healing process is complete, the implants need to be surgically removed. By using biodegradable material there will be no need for an implant removal surgery, because the implant plate will be degraded and destroyed naturally in the body. This biodegradable implant would need to bestrong enough to handle the body’s weight and movement to be able to replace the bone physiologic function until the fractured bone is completely healed. A possible biodegradable material that could be degraded and destroyed naturally in the body is magnesium. However, magnesium has its limitation, its ability to resist corrosive properties is faster than a fractured bone healing process. Therefore, the plastic deformation process is done by suppressing the platewith 1%, 2%, and 3% degradation. It will increase the magnesium’s ability to resist the dynamic force and improve its mechanical properties, so that the biodegradable implant plate can perform its function as a substitute for the fractured bone until the healing process is completed and degraded naturally only afterwards. The corrosive body fluid environment and recurring loads retained by the implant plate during the bone fixation process leads to fatigue of the implant plate.The crack rate testing of deformed magnesium alloys after immersion process in the physiological fluid DMEM can provide useful information on magnesium mechanical strength enhancement and subsequently whether it is feasible to be used as biodegradable bone implant plate.

Download: Fullpaper

Categories
Uncategorized

Analisis Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kontrol PID (Proportional Integral Derivative)

Abstract

Motor DC merupakan motor yang saai ini banyak digunakan untuk proses produksi dalam industri, karena mudah untuk diaplikasikan. Motor DC sering digunakan pada pemakaian yang memerlukan rentang kecepatan yang lebar. Selain itu, motor DC juga mempunyai kekurangan yaitu dalam hal pengaturan kecepatan dan besarnya saat putaran awal. Oleh karena itu untuk menekan tingginya overshot pada putaran awal motor perlu dilakukan pengaturan sehingga kecepatan motor sesuai dengan set poin yang diinginkan dengan risetime yang tinggi dan overshot yang lebih kecil. PID (Proportional Integral Derivative) merupakan salah satu  kontroler untuk mengatur kecepatan motor. Kontrol PID mempunyai kelebihan – kelebihan tertentu untuk mengatur putaran motor yaitu kontrol proporsional mempunyai kelebihan risetime yang cepat, kontrol integral mempunyai kelebihan untuk memperkecil error , dan kontrol derivative mempunyai kelebihan untuk  meredam overshot / undershot. Untuk itu agar dapat menghasilkan output dengan risetime yang tinggi dan error yang kecil kita dapat menggabungkan ketiga  kontrol tersebut.

Download: Fullpaper

Categories
Uncategorized

Analisis Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kontrol PID (Proportional Integral Derivative)

Abstract

Motor DC merupakan motor yang saai ini banyak digunakan untuk proses produksi dalam industri, karena mudah untuk diaplikasikan. Motor DC sering digunakan pada pemakaian yang memerlukan rentang kecepatan yang lebar. Selain itu, motor DC juga mempunyai kekurangan yaitu dalam hal pengaturan kecepatan dan besarnya saat putaran awal. Oleh karena itu untuk menekan tingginya overshot pada putaran awal motor perlu dilakukan pengaturan sehingga kecepatan motor sesuai dengan set poin yang diinginkan dengan risetime yang tinggi dan overshot yang lebih kecil. PID (Proportional Integral Derivative) merupakan salah satu  kontroler untuk mengatur kecepatan motor. Kontrol PID mempunyai kelebihan – kelebihan tertentu untuk mengatur putaran motor yaitu kontrol proporsional mempunyai kelebihan risetime yang cepat, kontrol integral mempunyai kelebihan untuk memperkecil error , dan kontrol derivative mempunyai kelebihan untuk  meredam overshot / undershot. Untuk itu agar dapat menghasilkan output dengan risetime yang tinggi dan error yang kecil kita dapat menggabungkan ketiga  kontrol tersebut.

Download: Fullpaper

Categories
Uncategorized

Analisis Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kontrol PID (Proportional Integral Derivative)

Abstract

Motor DC merupakan motor yang saai ini banyak digunakan untuk proses produksi dalam industri, karena mudah untuk diaplikasikan. Motor DC sering digunakan pada pemakaian yang memerlukan rentang kecepatan yang lebar. Selain itu, motor DC juga mempunyai kekurangan yaitu dalam hal pengaturan kecepatan dan besarnya saat putaran awal. Oleh karena itu untuk menekan tingginya overshot pada putaran awal motor perlu dilakukan pengaturan sehingga kecepatan motor sesuai dengan set poin yang diinginkan dengan risetime yang tinggi dan overshot yang lebih kecil. PID (Proportional Integral Derivative) merupakan salah satu  kontroler untuk mengatur kecepatan motor. Kontrol PID mempunyai kelebihan – kelebihan tertentu untuk mengatur putaran motor yaitu kontrol proporsional mempunyai kelebihan risetime yang cepat, kontrol integral mempunyai kelebihan untuk memperkecil error , dan kontrol derivative mempunyai kelebihan untuk  meredam overshot / undershot. Untuk itu agar dapat menghasilkan output dengan risetime yang tinggi dan error yang kecil kita dapat menggabungkan ketiga  kontrol tersebut.

Download: Fullpaper

Categories
Uncategorized

Rancang Bangun Antena Multiband V-Double Dipole Frekuensi 700 MHz dan 2,4 GHz

Abstract

Perancangan ini merupakan pengembangan dari perancang bangun antena V-double dipole pada frekuensi kerja LTE (Long Term Evolution) 700 MHz, yang memiliki peluang untuk beresonansi juga pada frequensi 2,4 MHz (wi-fi). Rancang bangun antena multiband V double dipole frekuensi 700 MHz dan 2,4 GHz menggunakan metodologi simulasi, perancangan prototype antena serta pengukuran. Media kawat tembaga yang digunakan 2 diameter yang berbeda, yaitu 4,3 mm dan 3,6 mm. Hasil simulasi diperoleh nilai VSWR sebesar 1.05 pada antena berdiameter 3,6 mm frekuensi 700 MHz dan 1.34 pada frekuwensi 2,4 GHz lebih kecil dibandingkan dengan antena berdiameter 4,3 mm yaitu 1.6 pada frekuensi 700 MHz dan 1,37 pada frekuensi 2.4 MHz. Sedangkan pada pengukuran prototype antena terjadi pergeseran frekuensi resonansi dibandingkan dengan hasil pada simulasi yaitu sebesar 18,244 MHz pada antena berdiameter 4,3 mm frekuensi 700 MHz dan 40 MHz pada frekuensi 2,4 GHz, sedangkan pada pengukuran prototype antena berdiameter 3,6 mm frekuensi 700 MHz bergeser sebesar 70,211 MHz dan 355,092 MHz frekuensi 2,4 GHz.

Download: Fullpaper

Categories
Uncategorized

Rancang Bangun Antena Multiband V-Double Dipole Frekuensi 700 MHz dan 2,4 GHz

Abstract

Perancangan ini merupakan pengembangan dari perancang bangun antena V-double dipole pada frekuensi kerja LTE (Long Term Evolution) 700 MHz, yang memiliki peluang untuk beresonansi juga pada frequensi 2,4 MHz (wi-fi). Rancang bangun antena multiband V double dipole frekuensi 700 MHz dan 2,4 GHz menggunakan metodologi simulasi, perancangan prototype antena serta pengukuran. Media kawat tembaga yang digunakan 2 diameter yang berbeda, yaitu 4,3 mm dan 3,6 mm. Hasil simulasi diperoleh nilai VSWR sebesar 1.05 pada antena berdiameter 3,6 mm frekuensi 700 MHz dan 1.34 pada frekuwensi 2,4 GHz lebih kecil dibandingkan dengan antena berdiameter 4,3 mm yaitu 1.6 pada frekuensi 700 MHz dan 1,37 pada frekuensi 2.4 MHz. Sedangkan pada pengukuran prototype antena terjadi pergeseran frekuensi resonansi dibandingkan dengan hasil pada simulasi yaitu sebesar 18,244 MHz pada antena berdiameter 4,3 mm frekuensi 700 MHz dan 40 MHz pada frekuensi 2,4 GHz, sedangkan pada pengukuran prototype antena berdiameter 3,6 mm frekuensi 700 MHz bergeser sebesar 70,211 MHz dan 355,092 MHz frekuensi 2,4 GHz.

Download: Fullpaper

Categories
Uncategorized

Rancang Bangun Antena Multiband V-Double Dipole Frekuensi 700 MHz dan 2,4 GHz

Abstract

Perancangan ini merupakan pengembangan dari perancang bangun antena V-double dipole pada frekuensi kerja LTE (Long Term Evolution) 700 MHz, yang memiliki peluang untuk beresonansi juga pada frequensi 2,4 MHz (wi-fi). Rancang bangun antena multiband V double dipole frekuensi 700 MHz dan 2,4 GHz menggunakan metodologi simulasi, perancangan prototype antena serta pengukuran. Media kawat tembaga yang digunakan 2 diameter yang berbeda, yaitu 4,3 mm dan 3,6 mm. Hasil simulasi diperoleh nilai VSWR sebesar 1.05 pada antena berdiameter 3,6 mm frekuensi 700 MHz dan 1.34 pada frekuwensi 2,4 GHz lebih kecil dibandingkan dengan antena berdiameter 4,3 mm yaitu 1.6 pada frekuensi 700 MHz dan 1,37 pada frekuensi 2.4 MHz. Sedangkan pada pengukuran prototype antena terjadi pergeseran frekuensi resonansi dibandingkan dengan hasil pada simulasi yaitu sebesar 18,244 MHz pada antena berdiameter 4,3 mm frekuensi 700 MHz dan 40 MHz pada frekuensi 2,4 GHz, sedangkan pada pengukuran prototype antena berdiameter 3,6 mm frekuensi 700 MHz bergeser sebesar 70,211 MHz dan 355,092 MHz frekuensi 2,4 GHz.

Download: Fullpaper

Categories
Uncategorized

Analisis Interferensi TV Digital Terhadap Long Term Evolution (LTE) Pada Frekuensi 700 MHZ

Abstract

Long Term Evolution (LTE) merupakan teknologi telekomunikasi paling baru saat ini yang bekerja pada rentang frekuensi mulai dari FDD (Frequency Division Duplex) LTE 850 MHz, FDD LTE 900MHz,FDD LTE 1.800MHz, danTDD (Time Division Duplex) LTE 2.300MHz. LTE juga bisa memanfaatkan spektrum 700 MHz yang akan dikosongkan oleh pemerintah terkait rencana digitalisasi penyiaran televisi di Indonesia. Koeksistensi TV Digital dan LTE pada frekuensi 700 MHz memerlukan studi yang menyeluruh, karena adanya potensi interferensi adjacent channel antara kedua sistem tersebut. Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh interferensi transmiter TV Digital terhadap penerima LTE melalui simulasi SEAMCAT. Melalui hasil simulasi dapat dilihat bahwa, dari nilai probabilitas interferensi 48.23 % dan C/I 10.82 berarti jarak terdekat antara pengganggu dengan yang terganggu 0.24 km dan jarak antara pemancar dengan penerima terganggu 0.5 km. Sedangkan pada jarak terjauh untuk pengganggu dengan yang terganggu 1.1 km dan jarak antara pemancar dengan penerima terganggu 2.7 km, dengan nilai probabilitas interferensi sebesar 48.23 % dan nilai C/I 10.91 dB. Berarti untuk jarak yang lebih dekat atau lebih jauh dari itu, pengguna LTE akan terinterferensi oleh pemancar TV Digital.

Download: Fullpaper

Categories
Uncategorized

Analisis Interferensi TV Digital Terhadap Long Term Evolution (LTE) Pada Frekuensi 700 MHZ

Abstract

Long Term Evolution (LTE) merupakan teknologi telekomunikasi paling baru saat ini yang bekerja pada rentang frekuensi mulai dari FDD (Frequency Division Duplex) LTE 850 MHz, FDD LTE 900MHz,FDD LTE 1.800MHz, danTDD (Time Division Duplex) LTE 2.300MHz. LTE juga bisa memanfaatkan spektrum 700 MHz yang akan dikosongkan oleh pemerintah terkait rencana digitalisasi penyiaran televisi di Indonesia. Koeksistensi TV Digital dan LTE pada frekuensi 700 MHz memerlukan studi yang menyeluruh, karena adanya potensi interferensi adjacent channel antara kedua sistem tersebut. Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh interferensi transmiter TV Digital terhadap penerima LTE melalui simulasi SEAMCAT. Melalui hasil simulasi dapat dilihat bahwa, dari nilai probabilitas interferensi 48.23 % dan C/I 10.82 berarti jarak terdekat antara pengganggu dengan yang terganggu 0.24 km dan jarak antara pemancar dengan penerima terganggu 0.5 km. Sedangkan pada jarak terjauh untuk pengganggu dengan yang terganggu 1.1 km dan jarak antara pemancar dengan penerima terganggu 2.7 km, dengan nilai probabilitas interferensi sebesar 48.23 % dan nilai C/I 10.91 dB. Berarti untuk jarak yang lebih dekat atau lebih jauh dari itu, pengguna LTE akan terinterferensi oleh pemancar TV Digital.

Download: Fullpaper

Categories
Uncategorized

Analisis Interferensi TV Digital Terhadap Long Term Evolution (LTE) Pada Frekuensi 700 MHZ

Abstract

Long Term Evolution (LTE) merupakan teknologi telekomunikasi paling baru saat ini yang bekerja pada rentang frekuensi mulai dari FDD (Frequency Division Duplex) LTE 850 MHz, FDD LTE 900MHz,FDD LTE 1.800MHz, danTDD (Time Division Duplex) LTE 2.300MHz. LTE juga bisa memanfaatkan spektrum 700 MHz yang akan dikosongkan oleh pemerintah terkait rencana digitalisasi penyiaran televisi di Indonesia. Koeksistensi TV Digital dan LTE pada frekuensi 700 MHz memerlukan studi yang menyeluruh, karena adanya potensi interferensi adjacent channel antara kedua sistem tersebut. Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh interferensi transmiter TV Digital terhadap penerima LTE melalui simulasi SEAMCAT. Melalui hasil simulasi dapat dilihat bahwa, dari nilai probabilitas interferensi 48.23 % dan C/I 10.82 berarti jarak terdekat antara pengganggu dengan yang terganggu 0.24 km dan jarak antara pemancar dengan penerima terganggu 0.5 km. Sedangkan pada jarak terjauh untuk pengganggu dengan yang terganggu 1.1 km dan jarak antara pemancar dengan penerima terganggu 2.7 km, dengan nilai probabilitas interferensi sebesar 48.23 % dan nilai C/I 10.91 dB. Berarti untuk jarak yang lebih dekat atau lebih jauh dari itu, pengguna LTE akan terinterferensi oleh pemancar TV Digital.

Download: Fullpaper